Puluhan Hektar Sawah Di Jatilawang, Tersapu Puting Beliung

Kabupaten Banyumas

 

Puluhan Hektar Sawah Di Jatilawang, Tersapu Puting Beliung

 

BANYUMAS : Selain mengakibatkan ratusan rumah rusak, angin puting beliung yang terjadi Kamis (11/1/2018) kemarin, juga menyebabkan sedikitnya 25 hektar lahan padi roboh Kecamatan Jatilawang dan sekitarnya.

Padi yang sudah berumur rata-arat 85-90 hari itu roboh. Untuk mengurangi kerugian, para petani mulai memanen padi miliknya.

Salah seorang petanai Marsidi,terlihat mulai memanen padinya yang baru berusia 90 hari, pada luasan lahan seperempat hektar.

Menurut Marsidi seharusnya padi miliknya dipanen pada usia 100 hari, namun karena sudah roboh maka panen di percepat pada usia 90 hari kurang.

“Untuk mengurangi jumlah kerugian, sebab jika dipanen pada usia ideal maka padi akan busuk karena terendam air,” katanya.

Bila kondisi panen normal, Marsidi dapat menghasilkan 2 ton padi basah. Namun dengan kondisi roboh, perkiraan dirinya hanya mendapatkan 600-1000 kg padi basah.

" Ini lagi panen padi, cuma seharusnya belum panen karena usianya kurang 90 hari. Tapi karena roboh kena angin puting beliung, jadi saya panen. Biar nga rugi besar, biasanya kalau roboh nanti padinya tumbuh jadinya rugi,"kata Marsidi di lahan sawah miliknya.

Sementara itu, Kordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Jatilawang Trisula mengatakan, prediksinya hasil panen menurun hingga 25 persen. Akibat padi roboh tersapu puting beliung, sehingga dirinya sudah menginstrusikan kepada petani untuk segera  mengeringkan lahan sawahnya. Karena akan menyebabkan padi gabug atau tidak berisi.

"Kita sudah hitung luasan lahan sawah, yang terkena puting beliung mencapai 25 hektar. Karena ini belum masa panen, maka petani kita instruksikan untuk segera mengeringkan lahan sawahnya. Agar padi yang roboh ini tidak menjadi gabug,"kata Trisula di Tinggarjaya.

Luasan sawah yang tersapu angin kencang ini, merupakan bagian program percepatan tanam 80 hektar. Kerjasama antara Kementrian Pertanian dengan TNI. Petani yang mengikuti program ini, sejak September 2017 sudah mengolah tanahnya. Meski pada waktu itu, masih minim air.

 


Senin, 15 Januari 2018