PENGARUH MOTIVASI KERJA, DISIPLIN PEGAWAI DAN PENGAWASAN MELEKAT TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI KABUPATEN BANYUMAS
oleh : Goto Kuswanto - Widyaiswara Kantor Diklat Kab. Banyumas
Abstrak
Dalam otonomi daerah diperlukan adanya sumberdaya manusia yang handal sebagai salah satu kunci pencapaian otonomi daerah yang baik dalam rangka pencapaian good governance. Pada kenyataannya saat ini kualitas sumberdaya manusia yang ada masih sangat kurang yang dapat dilihat dari berbagai masalah yang ditemukan pada badan-badan daerah Kabupaten Banyumas seperti rasa jenuh terhadap pekerjaan, pegawai yang kurang disiplin dan kurang optimalnya pengawasan pimpinan yang berakibat kurang optimalnya kinerja pegawai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan ada tidaknya pengaruh variabel motivasi kerja, disiplin pegawai dan pengawasan melekat terhadap kinerja pegawai pada beberapa Badan-Badan Daerah di Kabupaten Banyumas. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian asosiatif/hubungan karena bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Kemudian pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode survai dan menggunakan kuesioner sebagai alat analisisnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja memiliki korelasi sebesar 0,224 yang menunjukkan adanya korelasi yang rendah antara variabel dengan y, dengan arah positif, disiplin pegawai memiliki korelasi sebesar 0,465 yang menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara variabel dengan y, dengan arah positif dan pengawasan melekat memiliki korelasi sebesar 0,321 yang menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara variabel dengan y, dengan arah positif. Motivasi kerja, disiplin pegawai dan pengawasan melekat perlu untuk ditingkatkan dan dioptimalkan kembali dengan cara memperbaiki sistem dan cara pelaksanaannya serta lebih mempertegas aturan yang ada agar kinerja pegawai khususnya pada ketiga lokasi tersebut dapat lebih optimal.
PENDAHULUAN
Reformasi terhadap kualitas pegawai (sumber daya manusia) merupakan bagian dari reformasi pemerintahan dalam rangka mengarah pada pencapaian good governance. Upaya yang dapat dilakukan melalui sistem manajemen kinerja, tidak hanya pada staf akan tetapi menyeluruh dari pegawai jajaran kepemimpinan sampai dengan pegawai pada tingkat operasional. Tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan memberikan sinyal pada birokrasi untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian. Sebuah organisasi harus mampu beradaptasi secara cepat agar perubahan yang terjadi tidak mengganggu kinerjanya.
Dalam konteks otonomi daerah, konsep pengukuran kinerja merupakan salah satu ukur kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangannya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai yang baik antara lain adalah motivasi kerja, disiplin pegawai, pengawasan melekat, gaya kepemimpinan dan lain sebagainya. Seorang pemimpin harus dapat memberi motivasi kepada pegawai yang dapat mengakibatkan adanya dorongan kepada para pegawai untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang dihadapi sehingga dapat mempengaruhi disiplin pegawai untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah ditentukan dalam undang-undang atau peraturan kedinasan serta melakukan pengawasan langsung melalui sistem evaluasi agar hasil pekerjaan dapat sesuai dengan perencanaan serta mengurangi adanya penyimpangan dan kekeliruan.
Kebutuhan sumberdaya manusia yang dapat bekerja efektif dan efisien diperlukan agar seluruh target kerja yang dibebankan organisasi kepada pegawai dapat dicapai. Dalam rangka peningkatan otonomi daerah diperlukan keberhasilan pada tiap-tiap bidang penting yang berpengaruh dalam keberhasilan otonomi daerah. Motivasi kerja dan disiplin kerja pegawai yang tinggi serta didukung dengan pengawasan melekat yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Dalam meningkatkan kinerja pegawai tersebut, sangat dibutuhkan motivasi kerja pegawai yang tinggi. Motivasi memberikan alasan seseorang untuk bekerja secara baik sesuai dengan prosedur, standar dan target yang telah ditetapkan. Motivasi adalah dorongan seseorang untuk bekerja, misalnya adalah gaji yang besar, pimpinan yang mengayomi, fasilitas kerja memadai, lingkungan kerja yang nyaman serta rekan kerja yang menyenangkan dan lain-lain.
Kemudian terkait dengan hal tersebut maka pimpinan harus tanggap dan aktif merespon terhadap segala kekurangan dan kebutuhan yang diperlukan dalam menunjang motivasi dan kinerja dari para pegawainya karena dengan motivasi yang tinggi sangat penting artinya agar pegawai dapat melaksanakan seluruh pekerjaan yang menjadi tugas pokok dan fungsinya, dan keadaan tersebut jelas akan mempengaruhi kinerja pegawai.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pencapaian kinerja yang tinggi adalah mengenai disiplin pegawai. Seseorang yang berhasil atau berprestasi biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin tinggi. Seseorang yang sehat dan kuat biasanya mempunyai disiplin yang baik, dalam arti ia mempunyai keteraturan di dalam menjaga dirinya. Ciri utama dari disiplin adalah adanya keteraturan dan ketertiban.
Kemudian, aspek lain yang perlu diperhatikan terkait dengan Kinerja pegawai adalah pengawasan melekat. Artinya, untuk melaksanakan pekerjaan pelayanan yang cukup banyak dan kompleks sangat diperlukan pengawasan melekat terhadap pegawai, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. Bentuk pengawasan melekat yang dilaksanakan pada badan-badan di Kabupaten Banyumas adalah sama. Perbedaan mungkin terjadi pada cara dan permasalah yang terjadi pada tiap-tiap badan tersebut.
Berbagai usaha perlu dilakukan organisasi agar seluruh pegawai dapat bekerja lebih efektif dan efisien. Pentingnya kerja organisasi secara keseluruhan sangat tergantung kepada kinerja masing-masing pegawai secara perorangan. Idealnya adalah masing-masing pegawai mampu melaksanakan apa yang menjadi tugasnya dengan benar, sehingga semua berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan terciptalah pelayanan yang berkualitas.
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh motivasi kerja, disiplin pegawai dan pengawasan melekat terhadap kinerja pegawai badan-badan daerah di Kabupaten Banyumas.
Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui sejauh mana besarnya pengaruh motivasi kerja, disiplin pegaai dan pengawasan melekat terhadap kinerja pegawai badan-badan daerah di Kabupaten Banyumas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dan sekaligus mengetahui seberapa besar pengaruh variabel motivasi kerja, disiplin pegawai dan pengawasan melekat terhadap kinerja pegawai pada badan-badan daerah Kabupaten Banyumas. Menurut tingkat ekplanasinya, penelitian ini adalah penelitian asosiatif/hubungan. Sebagaimana dikemukakan oleh David Kline dalam Sugiyono (2006:13) bahwa penelitian asosiatif/hubungan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode yang dipilih dan dianggap tepat dalam penelitian ini adalah metode survai, yaitu penelitian dengan menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis (kuesioner) yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah dan dianalisis. (Prasetyo dan Jannah, 2005 : 141).
Populasi dalam penelitian adalah seluruh pegawai badan-badan daerah di Kabupaten Banyumas. Sedangkan teknik sampling yang diambil dalam penelitian ini adalah menggunakan Teknik Acak Berkelompok (Cluster Random Sampling). Prasetyo (2005 : 131) menjelaskan bahwa teknik acak berkelompok digunakan jika kita memiliki keterbatasan karena ketiadaan kerangka sampel (daftar nama seluruh anggota populasi), namun kita memiliki data yang lengkap tentang kelompok. Menurut Arikunto (2006 : 121) bahwa jika jumlah anggota populasi kurang dari 100 diambil seluruhnya menjadi sampel. Jika jumlahnya lebih dari 100 maka dapat diambil 10 - 15% atau 20 – 25% tergantung kemampuan peneliti. Kemudian menggunakan teknik acak sederhana untuk memilih 3 badan secara acak dan yang terpilih adalah BKD, Bappeda dan Bapermas PKB sebagai sampel. Kemudian teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi dan kuesioner.
Korelasi Antara Motivasi Kerja Dengan Kinerja Pegawai
Berdasarkan hasil analisa statistik koefisien korelasi antara motivasi kerja (X1) dengan kinerja pegawai (Y) atau ry sebesar 0,224. Nilai koefisien sebesar 0,224 tersebut menunjukkan adanya korelasi yang rendah antara variabel dengan y, dengan arah positif. Artinya semakin tinggi motivasi kerja semakin tinggi pula kinerja pegawai, dan semakin rendah motivasi kerja semakin rendah pula kinerja pegawai.
Motivasi kerja sangat penting atau sangat mempengaruhi kinerja atau hasil kerja pegawai dalam organisasi apapun, namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa besar motivasi kerja yang dimiliki para pegawai dalam organisasi. Perlunya pengembangan motivasi kerja baik oleh pegawai itu sendiri maupun oleh pimpinan sangat perlu dilakukan demi peningkatan hasil kerja yang telah direncanakan sebelumnya.
Motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan dorongan agar para pegawai dapat bekerja maksimal dan memiliki semangat tinggi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan yang terdiri dari dorongan diri sendiri dan dorongan dari luar dirinya.
Pentingnya memotivasi diri juga sangat berpengaruh pada perkembangan karier dari para pegawai itu sendiri, apabila seorang pegawai memiliki motivasi tinggi dan tujuan yang ingin dicapainya dalam hal karier pekerjaan hal tersebut tentu akan lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaannya baik itu di depan pimpinan maupun di belakang pimpinannya.
Motivasi kerja penting dalam hubungannya dengan kinerja pegawai. Selama pegawai memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja hal tersebut juga akan meningkatkan kinerja mereka dalam organisasi. Misalnya dalam hal keseriusan dan tanggung jawab dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah dibebankan kepada mereka tanpa harus adanya pengawasan dari pimpinan tentu akan berjalan dengan baik, lebih cepat, efektif dan efisien. Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan antara kedua variabel ini menghasilkan koefisien regresinya sebesar 0,050 hal ini berarti bahwa 5,0% kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh motivasi kerja sedangkan sisanya (100%-5,0% = 95,0%) dapat dijelaskan oleh variabel yang lain.
Korelasi Antara Disiplin Pegawai Dengan Kinerja Pegawai
Kemudian koefisien korelasi antara disiplin pegawai (X2) dengan kinerja pegawai (Y) atau ry sebesar 0,465. Nilai koefisien sebesar 0,465 tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara variabel dengan y, dengan arah positif. Artinya semakin tinggi disiplin pegawai semakin tinggi pula kinerja pegawai, dan semakin rendah disiplin pegawai semakin rendah pula kinerja pegawai.
Disiplin pegawai sangatlah penting dan berpengaruh positif terhadap perilaku pegawai yang akan mempengaruhi juga hasil dan prestasi kerjanya. Disiplin pegawai harus ditanamkan pada setiap organisasi pada para pegawainya. Adanya peraturan yang mengikat dan sanksi-sanksi yang ada dapat membatasi perilaku pegawai agar tidak melakukan kesalahan dan mengikuti segala peraturan yang telah ditetapkan karena apabila mereka melanggar akan dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan kesalahan yang dilakukan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja, yaitu: tujuan pekerjaan dan kemampuan pekerjaan, teladan pimipinan, kesejahteraan, keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Perilaku disiplin pegawai merupakan sesuatu yang tidak muncul dengan sendirinya, tetapi perlu dibentuk. Oleh karena itu, pembentukan perilaku disiplin pegawai dapat dilakukan dengan cara menghindari pelanggaran dan dengan mengecilkan pelanggaran yang terjadi.
Untuk mewujudkan tujuan organisasi, yang pertama harus segera dibangun dan ditegakkan di organisasi adalah disiplin pegawainya. Kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap pemimpin harus selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang pemimpin dikatakan memiliki kinerja yang baik jika para bawahannya berdisiplin baik. Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan antara kedua variabel ini menghasilkan koefisien regresinya sebesar 0,216 hal ini berarti bahwa 21,6% kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh disiplin pegawai sedangkan sisanya (100% - 21,6% = 78,4%) dapat dijelaskan oleh variabel yang lain.
Korelasi Antara Pengawasan Melekat Dengan Pengawasan Melekat
Selanjutnya koefisien korelasi antara pengawasan melekat (X3) dengan kinerja pegawai (Y) atau ry sebesar 0,321. Nilai koefisien sebesar 0,321 tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara variabel dengan y, dengan arah positif. Artinya semakin tinggi pengawasan melekat semakin tinggi pula kinerja pegawai, dan semakin rendah pengawasan melekat semakin rendah pula kinerja pegawai.
Kinerja dipengaruhi oleh usaha, motivasi, kemampuan pegawai, dan juga kesempatan untuk kejelasan tujuan-tujuan kinerja yang diberikan oleh organisasi kepada seorang pegawai. Dapat ditarik suatu hubungan bahwa pengawasan melekat adalah usaha untuk mengendalikan secara langsung kinerja pegawai dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Kemudian salah satu yang mempengaruhi kinerja adalah kesempatan tujuan-tujuan kinerja/penilaian kinerja atau pengawasan.
Kebijakan pengawasan mencakup keseluruhan proses pembangunan melalui mekanisme pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi kerja dari para pegawai sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam mewujudkan penyelenggaraan tugas secara tertib, efisien dan efektif. Seorang pemimpin yang baik dan memiliki kinerja yang baik adalah seorang pemimpin yang memperhatikan hasil kerja dan proses kerja dari para pegawainya. Bukan dalam hal yang buruk tetapi dengan adanya pengawasan yang dilakukan secara kontinu dalam setiap penyelesaian pekerjaan dan proses dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut akan menghasilkan kinerja pegawai yang optimal dan mengurangi adanya kesalahan dan penghamburan dana yang tidak semestinya.
Untuk meningkatkan kinerja pegawai dan kinerja organisasi secara totalitas dapat dilakukan melalui pelaksanaan pengawasan melekat secara intens dan sistematis. Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan antara kedua variabel ini menghasilkan koefisien regresinya sebesar 0,047 hal ini berarti bahwa 0,103 hal ini berarti bahwa 10,3% kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh pengawasan melekat sedangkan sisanya (100% - 10,3% = 89,7%) dapat dijelaskan oleh variabel yang lain.
Korelasi Ganda
Berdasarkan out put analisis korelasi ganda yang sama dengan out put regresi ganda yakni terdiri dari 4 bagian. Hasil dariout put tersebut yang menggambarkan koefisien korelasi majemuk (Rx1x2x3y) sebesar 0,478. Koefisien korelasi tersebut menunjukkan ada korelasi yang sedang antara x1, x2 dan x3 dengan y, dengan arah positif. Dengan demikian, semakin tinggi motivasi kerja (X1), disiplin pegawai (X2) dan pengawasan melekat (X3) akan semakin tinggi (baik) kinerja pegawai (Y), dan sebaliknya semakin rendah (sedikit) motivasi kerja (X1), disiplin pegawai (X2) dan pengawasan melekat (X3) akan semakin rendah (buruk) kinerja pegawai (Y).
Ketiga variabel yang dianggap penting dalam penelitian ini yakni motivasi kerja (X1), disiplin pegawai (X2) dan pengawasan melekat (X3) jika dilakukan proses pembaharuan yang terus menerus, maka dapat meningkatkan kinerja pegawai. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara keempat variabel ini menghasilkan koefisien regresi sebesar sebesar 0,229 hal ini berarti bahwa 22,9% kinerja pegawai dapat dijelaskan oleh motivasi kerja, disiplin pegawai dan pengawasan melekat sedangkan sisanya (100% - 22,9% = 77,1%) dapat dijelaskan oleh variabel yang lain.
Korelasi Parsial
Kemudian berdasarkan hasil uji signifikansi korelasi parsial product moment (hasil dapat dilihat dalam lampiran) besarnya nilai koefisien korelasi parsial antara variabel x1x2 dengan y adalah -0,035. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat rendah antara variabel x1x2 dengan y; dengan arah positif. Dalam konteks penelitian ini kedua variabel yakni motivasi kerja benar-benar tidak berkorelasi dengan kinerja pegawai, dan disebabkan karena adanya variabel disiplin pegawai.
Hubungan antara motivasi kerja dan kinerja pegawai tidak murni karena dipengaruhi oleh variabel disiplin pegawai. Rendahnya motivasi kerja banyak disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yang dapat ditemukan pada tiga lokasi penelitian adalah kehadiran di kantor. Masih ada beberapa pegawai yang sering tidak berangkat kantor dengan berbagai alasan. Dengan rendahnya motivasi kerja pada tiga lokasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawainya yang juga rendah. Variabel disiplin pegawai ikut mempengaruhi hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai, dengan adanya disiplin pegawai yang baik maka akan berpengaruh pada motivasi kerja yang kemudian akan mempengaruhi kinerja pegawainya.
Pentingnya meningkatkan motivasi kepada para pegawai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pemimpin harus sedapat mungkin memperhatikan kebutuhan dari pegawainya baik dalam sarana dan prasarana juga dalam hal perkembangan kariernya. Seiring dengan perkembangan organisasi maka kebutuhan akan pengembangan karier sebagai motivasi bagi pegawai demi pencapaian kinerja yang baik. Tantangan yang perlu menjadi perhatian selanjutnya terarah pada bagaimana sumberdaya manusia (pegawai) mampu memenuhi harapan perkembangan organisasi sebagaimana misi yang telah ditentukan. Perlu adanya keseimbangan antara orientasi organisasi yang akan dituju dengan kinerja yang seharusnya dieksiskan oleh pegawai dalam mewujudkan pengembangan organisasi yang optimal.
Besarnya nilai koefisien korelasi parsial antara variabel x1x3 dengan y adalah 0,129. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang rendah antara variabel x1x3 dengan y; dengan arah positif. Dalam konteks penelitian ini kedua variabel yakni motivasi kerja benar-benar tidak berkorelasi dengan kinerja pegawai, dan disebabkan karena adanya variabel pengawasan melekat. Hubungan antara motivasi kerja dan kinerja pegawai tidak murni karena dipengaruhi oleh variabel pengawasan melekat. Rendahnya motivasi kerja apabila tidak didukung dengan pengawasan melekat yang baik maka akan menyebabkan kinerja pegawainya semakin buruk. Pentingnya dilakukan pengawasan melekat adalah agar pekerjaan yang akan dilaksanakan dan yang sedang dilaksanakan dapat dikontrol dengan baik sehingga akan mengurangi kesalahan dan pemborosan. Pada tiga lokasi tersebut motivasi pegawainya masih sangat kurang tetapi pengawasan melekatnya sudah cukup baik dilakukan terbukti dengan adanya pengawasan yang rutin dilakukan dalam rangka kontrol hasil pekerjaan.
Motivasi kerja dapat dipengaruhi dari diri pegawai dan juga dari luar diri pegawai itu sendiri. Selain sarana dan prasarana peran pimpinan merupakan salah satu faktor dari luar diri pegawai yang dapat mempengaruhi motivasi kerja. Pada aspek sumber daya maka sudah seharusnya pimpinan peduli pada kondisi pegawai yang ada dalam lingkup organisasinya. Kalau dilihat prinsip pelayanan organisasi non publik bahwa salah satu strategi pelayanan supaya memuaskan pelanggan adalah memberikan pelayanan yang lebih dari apa yang dipersepsikan oleh orang yang membutuhkan.
Peran pimpinan sangat substansial dalam melakukan langkah-langkah perubahan guna memenuhi harapan pegawai yang dapat meningkatkan motivasi kerja pegawai maupun mewujudkan misi yang telah menjadi orientasi organisasi. Motivasi penting dalam pencapaian kinerja, belum optimalnya kinerja pegawai banyak disebabkan karena kurangnya motivasi yang dimiliki. Semakin besar motivasi kerja para pegawai maka kinerja pegawainya juga akan menjadi semakin baik.
Selanjutnya besarnya nilai koefisien korelasi parsial antara variabel x2x3 dengan y adalah 0,372. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sedang antara variabel x2x3 dengan y; dengan arah positif. Dalam konteks penelitian ini kedua variabel yakni disiplin pegawai benar-benar berkorelasi dengan kinerja pegawai, dan tidak disebabkan karena adanya variabel pengawasan melekat.
Disiplin pegawai dan kinerja pegawai memiliki hubungan yang murni karena benar-benar berkorelasi tanpa disebabkan adanya variabel yang lain hal tersebut dikarenakan pelaksanaan disiplin pegawai pada ketiga lokasi tersebut sudah baik dan tentu saja perlu untuk lebih ditingkatkan. Pengaruh tingginya disiplin pegawai tentu saja akan mempengaruhi juga kinerja pegawainya karena pegawai yang memiliki disiplin kerja yang tinggi tentu saja akan melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan maksimal sehingga hasil pekerjaannya juga akan maksimal.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan organisasi, pegawai, serta masyarakat pada umumnya. Melalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. Disiplin pegawai dan pengawasan melekat adalah faktor yang menentukan kinerja pegawai.
SARAN
- Untuk meningkatkan kinerja pegawai, organisasi harus fokus pada kelemahan yang berasal dari dalam, yakni sarana prasarana, pengalaman atau kualitas SDM dan koordinasi antar bagian dalam organisasi.
- Disiplin pegawai perlu dioptimalkan kembali dengan cara perlu adanya ketegasan aturan dalam organisasi yang mempengaruhi kedisiplinan para pegawainya misalnya pada aturan jam kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan keseriusan dalam menyelesaikan pekerjaan.
- DAFTAR PUSTAKA
Buku Bacaan
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi, Kepemimpinan, Dan Efektivitas Kelompok. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Handoko, T Hani. 2000. Manajemen Personalia dan SDM. BPFE, Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi Aksara, Jakarta.
Ibrahim, Amin. 2008. Pokok-Pokok Administrasi Publik dan Implementasinya. Refika Aditama, Bandung.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif. Rajawali Press. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kesembilan. Bumi Aksara.
Sugiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung
------------. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.
------------. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
------------. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Suprapto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survey & Eksperimen. Rineka Cipta, Jakarta.
Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Rajawali. Jakarta.
Ismaryanti, Siti. 2010. Hubungan Motivasi Kerja Pegawai dengan Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. 154-170
Rakhmanto, Ajib. 2009. Pengembangan PNS : Membangun Karier Meningkatkan Kualitas. Civil Service Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. Vol 3. No.2. 69-70
--------------, 2007. Membangun Model Pengembangan SDM Aparatur Pegawai Negeri Sipil. Civil Service Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS. 101-102
27 08 2014 11:24:12