Proses Pembelajaran Diklat Prajabatan Katagori 1 dan 2 Dengan Pendekatan Accelerated Learning

Kabupaten Banyumas

Oleh

Drs. Joeliono Widyaiswara pada Kantor Diklat Kabupaten Banyumas

 

Abstrak

Pendekatan Accelerated Learning dalam penyelenggaraan

Diklat Prajabatan Katagori 1 dan 2 diharapkan dapat

mewujudkan pencapaian target diklat secara efektif dan

efisien, yakni terbangunnya sikap-perilaku dan pola pikir

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mampu memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada publik.

 

Kata Kunci  :  Accelerated Learning. Proses pembelajaran

 

 

        Pemerintah dalam hal ini Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia telah menerbitkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 18 Tahun 2004 yang mengatur tentang penyelenggaraan Diklat Prajabatan Pegawai Negeri Sipil Golongan I, II dan Golongan III yang diangkat dari Tenaga Honorer Katagori 1 dan/atau Katagori 2. Dalam peraturan dimaksud diatur bahwa waktu diselenggarakannya diklat selama 6 (enam) hari atau 69 jam pelajaran. Struktur kurikulum terdiri atas 4 (empat) mata diklat, meliputi : Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka NKRI, Percepatan Pemberantasan Korupsi, Manajemen Aparatur Sipil Negara, Pola Pikir ASN

Sebagai Pelayan Masyarakat, dan masih ditambah lagi Dinamika Kelompok Membangun Kerjasama.

       Dengan melihat  waktu dan jam pelajaran untuk setiap mata diklat yang disediakan dalam penyelenggaraan  diklat dikaitkan dengan struktur kurikulum maupun target yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran di diklat, yakni terbangunnya sikap-perilaku dan pola pikir Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada publik, yakni ASN yang mampu memenuhi standar kompetensi jabatannya  sehingga mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, maka perlu untuk direnungkan dan menjadi bahan pemikiran sekaligus tantangan bagi pengelola diklat dan para fasilitator atau pengajar bagaimana agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga target diklat dapat dicapai, antara lain terjadinya perubahan sikap-perilaku dan pola pikir yang positif manakala peserta diklat sudah kembali ke sistem permanennya masing-masing. Kondisi tersebut ditambah dengan melihat latar belakang para peserta diklat yang berasal dari tenaga honorer yang sudah dalam waktu relatif lama bekerja dengan latar belakang pengalaman, pendidikan, dan wawasan yang sangat beragam, sehingga sikap dan pola pikirnya relatif sudah terbentuk oleh pengaruh faktor lingkungan di sistem permanennya masing-masing

       Untuk menjawab permasalahan dan tantangan tersebut sudah barang tentu komitmen dan kemampuan para fasilitator dalam mengelola proses pembelajaran dengan baik mempunyai peranan yang sangat penting disamping peranan pihak penyelenggara dalam penyediaan sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

Selain peran fasilitator dan penyelenggara ikut menentukan dalam proses pembelajaran di lembaga diklat, maka dalam konteks permasalahan yang dihadapai dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan Katagori 1 dan 2 tersebut pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran juga mempunyai peranan yang sangat urgent agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, lebih-lebih manakala dikaitkan dengan keterbatasan waktu yang hanya 6 (enam) hari kerja  atau 69 jam pelajaran. Berbagai macam pendekatan dapat digunakan dalam merancang dan mengelola program diklat, salah satu pendekatan terkini dalam proses pembelajaran di lembaga diklat adalah Accelerated Learning yang diterjemahkan sebagai Pembelajaran yang Dipercepat.

Dave Meier (2002) dalam bukunya The Accelerated Learning Hand Book mengatakan bahwa Accelerated Learning merupakan pendekatan belajar paling maju yang digunakan pada masa sekarang, dan mempunyai banyak manfaat. Accelerated Learning didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Disini dapat digunakan berbagai metode dan media. Sifatnya terbuka dan luwes. Dari banyak referensi dapat disimpulkan bahwa sudah menjadi kesepakatan para pakar di bidang pendidikan dan pelatihan, bahwa dalam proses pembelajaran agar dapat  mencapai hasil yang optimal tidak cukup kalau hanya melibatkan otak kiri (kecerdasan intelektual) yang lebih bersifat analitis, logis, matematis dan sekuensial, tetapi juga otak kanan (kecerdasan emosional) yang bersifat acak, relasional, intuitif, kreatif dan holistik. Keduanya harus diberdayakan secara optimal, sehingga seorang pembelajar dengan pendekatan accelerated learning diharapkan tidak hanya menjadi cerdas secara rasional, tetapi juga secara emosional, lebih arif, mampu berfikir logis, sistemik, kreatif dan holistik. Kemampuan berfikir demikian sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi peserta dalam menghadapi dinamika masalah yang semakin kompleks dan seringkali tidak dapat diramalkan sebelumnya (unpredictable), sehingga peserta diklat diharapkan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara, kreatif, holistik dan arif.

       Dari pendapat beberapa pakar dapat disimpulkan, bahwa pendekatan Accelerated Learning memiliki beberapa karakteristik, antara lain : pertama, Accelerated Learning didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar, kedua, metode dan media yang digunakan bersifat terbuka, luwes, tidak kaku (rigid) dan bervariasi, artinya tergantung kepada organisasi dari peserta, pokok bahasan maupun minat peserta itu sendiri, ketiga, pembelajartermotivasi untuk terlibat dan berperan serta secara aktif dalam proses pembelajaran, keempat Accelerated Learning dapat diterapkan untuk semua gaya belajar dan justru akan memberi energi dan membuat suasana belajar lebih menyenangkan sebagai prakondisi untuk dapat berfungsinya kedua belahan otak kanan dan kiri secara sinergis; kelima bersifat alamiah dan lebih berorientasi pada tercapainya hasil pembelajaran, yakni peningkatan kompetensi  sesuai dengan tuntutan tugas di unit kerjanya, keenam, akan terbangun kolaborasi diantara para pembelajar, karena pembelajaran secara kolaboratif (collaborative learning) akan lebih effektif dari pada traditional learning yang lebih menekankan pada kompetisi diatara pembelajar.

Karakteristik tersebut diatas yang membedakan antara accelerated learning dengan pendekatan-pendekatan pembelajaran lainnya yang lebih bersifat konvensional, terstruktur, terstandarisasi, top-down maupun mekanistis.

        Dalam artikel yang berjudul Why is Accelerated Learning ? yang ditulis oleh The Centre of Accelerated Learning (https://www.alcentre.com/what is php) dijelaskan beberapa prinsip dasar dari accelerated learning meliputi  :

1.   Proses  pembelajaran akan  melibatkan secara total pembelajar baik pikiran  maupun phisiknya (Learning     involves the whole mind and body)

2.   Belajar  adalah  kreasi, dan bukan konsumsi artinya bahwa belajar bukanlah mengumpulkan  informasi  secara  pasif,  tetapi  menciptakan  pengetahuan secara aktif (Learning is creation, not consumption)

3.   Kerjasama  antara  pembelajar  akan membantu meningkatkan hasil belajar (Collaboration aids  learning)

4.   Pembelajaran  dapat  mengambil  tempat  pada  berbagai  tingkatan  secara bersamaan (Learning takes place on many levels simultaneously)

5.   Belajar  berawal  dari  mengerjakan  pekerjaan  itu  sendiri (Learning comes from doing works it self)

6.   Emosi  yang  positif  memberikan pengaruh yang  besar terhadap perbaikan pembelajaran (Positive Emotions greatly improve learning)

7.   Kemampuan  berfikir  imajinatif  akan   dapat  menyerap   informasi  dengan cepat  dan  berjalan  secara otomatis  (The image brain absorbs information instanly and automatically).

Selain prinsip dasar diatas Dave Meier (2002) juga menambahkan beberapa prinsip dasar lainnya, yakni :

1.   Belajar berpusat-aktivitas  sering lebih  berhasil dari pada belajar berpusat -  presentasi

2. Belajar berpusat-aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih  singkat dari pada waktu yang iperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi.

        Pertanyaanya adalah bagaimana menerapkan pendekatan Accelerated Learning dalam merancang program diklat pra jabatan bagi tenaga eks honorer katagori 1 dan 2 ?

        Accelerated Learning sebagai suatu pendekatan agar dapat dicapai secara optimal. Maka beberapa langkah yang perlu dilakukan, antara lain  :

1.  Pengelola atau penyelenggara diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai, seperti : meja bundar (round tables), LCD Proyector/Lap Top, sound-systems yang memadai, karena pembelajaran dalam accelerated learning lebih banyak dilakukan melalui diskusi-diskusi, simulasi dalam rangka meningkatkan keterlibatan peserta secara optimal.

2. Pengelola harus mempersiapkan lingkungan belajar yang positif, yaitu lingkungan yang tenang, nyaman dan dapat menumbuhkan semangat belajar peserta diklat, karena orang dapat belajar dengan baik manakala berada dalam lingkungan fisik, emosi dan sosial yang positif.

3.  Fasilitator   mempunyai  peranan  yang   sangat  sentral   dalam  merancang

     proses pembelajaran, terutama dalam menciptakan suasana  yang nyaman dan menyenangkan dalam rangka mewujudkan sinergitas berfungsinya otak kiri dan otak kanan, antara lain dengan memanfaatkan musik instrumental maupun metode relaksasi lainnya. Maupun penggunaan metode-metode pembelajaran yang beragam sehingga dapat memotivasi keterlibatan peserta secara penuh  melalui permainan / simulasi maupun diskusi-diskusi kelompok. Karena orang dapat belajar dengan baik manakala peserta dilibatkan secara penuh dan aktif serta diberikan tanggung jawab penuh atas usaha belajarnya sendiri terutama belajar secara konteks, artinya dilakukan melalui praktek atau mengerjakan pekerjaan itu sendiri sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (belajar kontekstual).  Pengetahuan bukannya diserap secara pasif, melainkan harus diciptakan secara aktif oleh peserta sendiri. Manakala memungkinkan dilihat dari aspek waktu maupun dana dapat dilakukan kegiatan out-class seperti visitasi untuk melihat dan mengamati secara langsung kegiatan best-practice di institusi pemerintah atau swata, karena titik berat pendekatan accelerated learning lebih banyak dilakukan dengan aktivitas nyata dari pada dengan cara penyampaian materi dan presentasi in-class.

4.  Untuk menciptakan collaborative-learning, maka suasana kebersamaan atau kerjasama, baik antara peserta maupun peserta dengan fasilitator, harus dapat diwujudkan karena pendekatan accelerated learning lebih membutuhkan kerjasama dan bukan persaingan.

5. Fasilitator harus dapat menyajikan berbagai variasi metode dan media pembelajaran yang dapat di adopsi untuk semua gaya belajar dari masing-masing peserta diklat, karena belajar yang baik manakala peserta diberikan berbagai macam alternatif untuk dipilih.

      Dave Meier (2002) memberikan isyarat kepada para fasilitator dengan ungkapan yang lugas, bahwa seorang fasilitator dalam accelerated learning harus mengembangkan ”dua sayap untuk terbang”, yakni sayap ”kesangsian” dan ”keterbukaan”.

     Sayap ”kesangsian” disini dimaksudkan bahwa seorang fasilitator harus selalu diliputi rasa sangsi, kritis dan tumbuh rasa serba ingin tahu (curiousities feeling) terhadap segala perubahan yang terjadi, terutama disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang baru atau metode pembelajaran yang terkesan menyenangkan tetapi tidak memberikan kontribusi positif terhadap hasil pembelajaran.

     Yang kedua sayap ”keterbukaan”, artinya seorang fasilitator harus terbuka untuk menerima inovasi-inovasi maupun perubahan-perubahan  lingkungan yang mengitarinya, karena hidup tidak statis, tetapi selalu diwarnai dengan pertumbuhan dan perubahan.

     Kedua sayap tersebut harus dikembangkan secara seimbang sehingga akan dicapai hasil belajar yang optimal.

       Pada akhirnya komitmen, kemampuan dan kerjasama antara pengelola, fasilitator dan peserta diklat mempunyai peranan yang menentukan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

      

DePorter, Bobbi dan Hernacky, Mike (2004),  Quantum Learning :Membiasakan  Belajar Nyaman dan Menyenangkan, PT. Mizan Pustaka, Bandung

 Meier, Dave (2002), The Accelerated Learning Hand Book  (terjemahan),  Kaifa, Bandung  Rose, Colin and Nicholl,J,  Malcolm (1997),   Accelerated Learning For The 21st

 Century :  the Six - Step Plan To Unlock Your MASTER-Mind, Delacorte Press, New York

 

(https://www.alcentre.com/what is php)

 Peraturan   Kepala  Lembaga   Administrasi   Negara   Nomor  18  Tahun   2014

Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan I, Golongan II, Dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 Dan/Atau Kategori 2

 


13 02 2015 10:21:49