DINAMIKA KELOMPOK SEBAGAI KORRIDOR MENUJU PROSES PEMBELAJARAN

Kabupaten Banyumas

Abstrak

Kata Kunci  :  Dinamika Kelompok, Proses Pembelajaran

        Kalimat diatas yang ditulis oleh Donelson R. Forsyth dalam bukunya yang berjudul Group Dinamics (https://www.cengagebrain.com.mx) mengindikasikan bahwa Dinamika Kelompok merupakan suatu proses saling mempengaruhi antara anggota kelompok karena adanya kecenderungan dari setiap manusia untuk melakukan hampir eemua aspek kehidupannya secara berkelompok, seperti layaknya manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial butuh untuk bermasyarakat dan saling berinteraksi antar individu dengan individu lainnya 

       Pendapat diatas sedikit banyak melatarbelakangi pentingnya Dinamika Kelompok diangkat sebagai salah satu mata diklat dalam rangkaian kurikulum diklat yang dilaksanakan pada awal pembelajaran, antara lain dimaksudkan sebagai salah satu metode bina suasana belajar sebelum memasuki proses pembelajaran secara keseluruhan. Hubungan dan komunikasi antar peserta pada saat awal mengikuti diklat seringkali diwarnai dengan suasana yang masih kaku, karena belum saling mengenal antara individu yang satu dengan yang lain. Kalau mungkin sudah saling mengenal tetapi interaksi belum dapat berjalan secara intens sehingga masih terdapat jarak (interraction distance), karena masih saling menjajagi dan mempelajari karakter masing-masing individu. Demikian pula kerjasama, sharing pengalaman atau pendapat, saling tenggang rasa antar peserta belum terbangun dengan baik. Kondisi demikian sudah barang tentu tidak terlepas dari latar belakang pendidikan, pengalaman, wawasan dan persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing peserta, sehingga suasana seperti itu tidak mungkin dibiarkan tetapi sebaliknya harus dikelola dengan baik agar target pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Maka Dinamika Kelompok sebagai suatu metoda dan proses dapat membantu menciptakan suasana belajar yang solid dan meyenangkan diantara peserta diklat,  serta membangun kerjasama, rasa saling percaya, sikap keterbukaan dan tanggung jawab diantara peserta diklat. Bobbi DePorter dan  Mike Hernacki dalam bukunya yang sangat terkenal Quantum Learning (2004) berpendapat, bahwa  agar efektif belajar dapat dan harus menyenangkan, belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dapat dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil. Seluruh pribadi  adalah penting –akal, fisik dan emosi/pribadi. Kehormatan diri yang tinggi adalah material penting dalam membentuk pelajar yang sehat dan bahagia.

Beberapa motif yang melatarbelakangi pentingnya Dinamika Kelompok, antara lain (https://dewawika.wordpress.com),  bahwa pertama, individu tidak mungkin hidup sendiri didalam masyarakat, kedua, Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kebutuhannya, ketiga dalam masyarakat yang besar/modern perlu pembagian tugas atau kerja agar pekerjaan terlaksana dengan baik,keempat masyarakat yang demokratis dapat berjalan dengan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja secara efektif. Latar belakang tersebut diatas dapat dianalogkan dengan kondisi pada proses pembelajaran di lembaga diklat. Adapun fungsi dari Dinamika Kelompok, yakni pertama, akan terbangun kerjasama karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri, kedua, terbangun suasana saling membantu, sehingga akan memudahkan pekerjaan dalam pencapaian tujuan, ketiga, penyelesaian pekerjaan akan lebih efisien dan efektif, serta dalam proses pengambilan keputusan akan lebih akurat,  dan keempat, meningkatkan peran serta anggota kelompok.

Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dinamika kelompok, antara lain untuk menimbulkan kepekaan sehingga akan terbangun rasa saling menghargai, membangun rasa solidaritas anggota, menciptakan komunikasi yang baik, menimbulkan iktikad baik diantara sesama anggota kelompok.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu disusun strategi belajar yang tepat

Kurt Lewin dalam Baderel Munir (2001) mengemukakan  suatu prinsip belajar orang dewasa yang harus dilewati oleh peserta diklat untuk dapat mendukung pencapaian strategi belajar, yakni  :

  1. Fase Pencairan, yaitu suatu fase untuk menghancurkan rintangan psikologis dan sosial, agar selanjutnya peserta dapat mengikuti proses pembelajaran dengan perasaan enak, tanpa adanya beban psikologis dan sosial diantara sesama peserta, peserta dan penyelenggara, peserta dan fasilitator. Gejala yang mencul dari adanya beban psikologis dan sosial diantara peserta diklat, antara lain : sifat tertutup, defensif, tidak mau mendengarkan orang lain, merasa pengalamannya sendiri yang paling baik, tidak peka terhadap diri sendiiri dan orang lain, tidak mengetahui siapa dirinya dan orang lain. Karena itulah fase ini perlu dilakukan dalam setiap pelatihan. Dalam hal ini seorang fasilitator harus dapat menyajikan games atau simulasi yang dapat memecah kebekuan (Ice-Breaking) dan sekaligus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga jarak interaksi antar peserta semakin tereliminasi.
  2. Fase berubah, tumbuh dan berkembang, yaitu suatu fase dimana peserta mengalami pengisian berupa masukan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses penajaman daya nalar, daya pikir yang obyektif dan sistematis, melalui berbagai metoda pembelajaran yang sesuai, seperti : ceramah ber-variasi, penugasan, diskusi kelompok, seminar, penyajian, bermain peran dan sebagainya.
  3. Fase pemantapan dan konsolidasi hasil belajar, yaitu suatu fase dimana peserta mendapat kesempatan untuk memantapkan dan mengkonsolidasikan hasil belajar sebelumnya. Kegiatan dalam fase ini dapat berupa Praktek Kerja lapangan (PKL), study wisata yang terkait dengan realisasi hasil belajar di kelas, visitasi, Bench-Marking ke best practrice, dan lain-lain.

        Strategi belajar dinamika kelompok ditempuh melalui beberapa sesi, antara lain Diskusi Kelompokdengan harapan akan terjadi “sharing experience” antara peserta diklat sehingga akan muncul nilai-nilai umum yang berlaku. Karena pada hakekatnya diskusi kelompok merupakan tempat untuk merefleksikan hasil atau pemahaman yang baru kita peroleh selama mengikuti pembelajaran Dinamika Kelompok, sehingga masing-masing peserta akan menyadari segala kekurangan dan kelebihannya maupun inventarisasi Gaya Belajar, dengan pemahaman, bahwa dalam proses pembelajaran akan terjadi suatu proses penyampaian dan penerimaan pengetahuan baik didalam maupun diluar kelas. Dalam proses ini “daya serap” setiap peserta diklat berbeda-beda.

  DAFTAR PUSTAKA

 (https://www.cengagebrain.com.mx)

 (https://dewawika.wordpress.com)


16 02 2015 08:06:37