Peranan Musik Dalam Proses Pembelajaran
Abstrak
Kata Kunci : musik, media, proses pembelajaran
Sebagaimana dikatakan oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2004) dalam bukunya yang sangat terkenal Quantum Learning, bahwa kedua belahan otak penting artinya. Orang yang memanfaatkan kedua belahan otak ini juga cenderung “seimbang” dalam setiap aspek kehidupan mereka. Belajar terasa sangat mudah bagi mereka karena mereka mempunyai pilihan bagian otak yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang dihadapi.
Manakala dikaitkan dengan fenomena keberadaan gelombang yang terdapat pada otak manusia, maka ternyata kondisi otak pada gelombang Alfa yang paling menunjang, karena kondisi Alfa merupakan suatu kondisi dimana otak dalam keadaan rileks dan getaran gelombangnya berada pada kisaran antara 8-12 Hz. Sebagaimana dikatakan oleh Sandy MacGregor (1992) bahwa keadaan alfa adalah kondisi rileks atau keadaan tanpa stress. Selanjutnya dikatakan pula bahwa kondisi alfa akan membuka pikiran menuju kemampuan kreatif untuk memecahkan suatu masalah. Untuk tercapainya kondisi Alfa, maka penciptaan suasana belajar yang menyenangkan selama proses pembelajaran harus dilakukan secara terus-menerus untuk mengantarkan peserta diklat dalam suasana santai dan nyaman. Ibarat sebuah rumah apabila berada pada kondisi yang nyaman dan menyenangkan, maka pintu pada otak akan terbuka selebar-lebarnya untuk menerima information-intake ( masuknya informasi kedalam otak).
Kondisi tersebut manakala tidak dipahami dan disadari oleh fasilitator sudah barang tentu akan mempengaruhi proses pembelajaran, sehingga pada gilirannya akan berpengaruh dalam proses pencapaian target pembelajaran diklat.
Banyak metoda atau cara untuk mengantarkan peserta supaya berada pada kondisi alfa, yakni suatu kondisi fisik, mental dan emosional yang mendukung terjadinya proses information intake dengan baik, antara lain dengan teknik relaksasi, meditasi, pernapasan, visualisasi dan yang khusus akan dibahas pada artikel ini yakni menggunakan musik.
Dalam salah satu artikel yang berjudul Belajar Asik Dengan Musik (https://tataitusinta.blogspot.com) dikatakan bahwa musik dapat dijadikan sebagai media yang baik dalam proses pembelajaran, karena musik sebagai media pembelajaran akan dapat menjadikan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan sebagai salah satu persyaratan agar peserta dapat berada pada kondisi alfa, musik dapat menyeimbangkan kerja otak kiri (kecerdasan intelektual) dan otak kanan (kecerdasan emosional), berarti menyeimbangkan perkembangan aspek intelektual dan emosional terutama untuk materi yang membutuhkan konsentrasi tinggi, sehingga akan memberikan hasil yang optimal kepada peserta dalam proses pembelajaran. Media disini lebih dilihat dari fungsinya baik sebagai alat bantu pembelajaran maupun sumber belajar. Selain dari pada itu, antara lain juga dikatakan bahwa musik dapat merangsang kecerdasan, karena musik dapat merangsang pertumbuhan fungsi otak dengan baik untuk berbahasa, mendengar, berbicara, mengalisis, intelek dan kesadaran, musik juga dapat merangsang secara fisik kondisi otak, dapat meningkatkan fungsi kognitif, artinya musik akan meningkatkan kemampuan berfikir, mengingat, menganalisis, belajar dan secara umum meningkatkan aktivitas mental yang lebih tinggi, mampu merangsang proses asosiatif, dalam arti musik dapat menjadi perangsang peserta untuk mengingat kembali pengalaman emosional pada masa lalu. Dengan demikian musik merupakan jembatan yang menghubungkan otak kiri dan otak kanan agar bersinergi dalam proses pembelajaran, sehingga effektifitas pembelajaran akan dapat dicapai.
Menurut Manfred Clynes, Ph.D dalam bukunya Musik, Mind and Brain yang dimuat pada artikel yang berjudul Peranan Musik Sebagai Media Pendukung Pembelajaran (https://kuliah-e-learning.blogspot.com) mengatakan bahwa musik dapat mempengaruhi seluruh aktivitas otak. Struktur musik yang harmonis, karakter interval, timbre, pola nada dan tempo di proses oleh otak kanan, sedangkan perubahan volume suara, penataan nada suara yang akurat dan lirik di proses oleh otak kiri.
Bahkan menurut Abreo yang dimuat pada artikel yang berjudul “ Manfaat Musik Instrumen Ketika Belajar ” (https://ayomengjarindonesia.blogspot.com ) diungkapkan bahwa murid-murid yang mendengarkan musik Mozart selama 10 menit sebelum mengambil Ujian SAT - Scholastic Aptitude Tests mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari pada anak-nak yang tidak terekspos dengan musik tersebut sebelum ujian. Orang-orang yang mendengarkan musik klasik yang ringan selama 90 menit pada saat melakukan editing suatu naskah akan menaikkan tingkat akurasinya sekitar 21 persen.
Waktu pemanfaatan musik dalam proses pembelajaran dan dampaknya bagi peserta diklat dapat dilihat pada setiap sesi pembelajaran, pertama pada saat pembukaan akan membantu dalam mempengaruhi perhatian peserta diklat agar lebih fokus di awal proses pembelajaran, kedua sebagai pembatas waktu, pada saat fasilitator memberikan tugas kepada peserta untuk dapat diselesaikan bersamaan dengan selesainya musik, ketiga pada saat diskusi akan dapat menciptakan atmosfir yang menunjang proses diskusi. Keempat ketika suasana kelas dalam kondisi menurun (lesu) dan kurang bersemangat, peserta sudah kelihatan jenuh, mengantuk, maka musik akan dapat berfungsi untuk membangkitkan semangat dan enerji kembali. Penggunaan musik dalam proses pembelajaran akan memberikan effek yang lebih besar manakala dibarengi dengan gerak badan atau brain gym, kelima musik juga dapat dipresentasikan bersamaan dengan paparan power point selama pembelajaran berlangsung agar suasana pembelajaran tetap hidup dan bergairah, dan keenam pada waktu penutupan pembelajaran, musik akan dapat membuat para peserta diklat ketika meninggalkan ruang kelas akan berada dalam keadaan senang dan gembira.
Untuk dapat menunjang dan memberikan dampak positif dalam proses pembelajaran tidak semua jenis musik dapat digunakan, tetapi hanya jenis-jenis musik tertentu saja. Dr. George Lozanov yang dikutip dalam artikel “Belajar Asik Dengan Musik” (https://tataitusinta.blogspot.com) berpendapat bahwa musik yang paling membantu dalam proses pembelajaran adalah musik barok dan untuk memasukkan informasi hendaknya musik yang tidak mengandung kata-kata (musik instrumental). Mengapa demikian ? Adi W. Gunawan berpendapat bahwa musik dengan kata-kata akan menyulitkan proses pemasukan informasi, karena pada saat otak kita berusaha menghafal atau mempelajari suatu materi, sedangkan telinga kita mendengar kata-kata dari lagu tersebut, maka di dalam otak kita akan terjadi interferensi auditori dan akan mengakibatkan terganggunya konsentrasi kita. Selanjutnya oleh Dr. George Lozanov direkomendasikan untuk memasukkan informasi agar digunakan musik dengan tempo 55-70 bit per menit, sehingga otak kita akan menangkap dan menyesuaikan dan detak jantung akan mengikuti tempo lagu yang didengar untuk mengantarkan otak kita berada pada kondisi alfa. Sedangkan untuk brain storming, diskusi maupun untuk tugas yang menggunakan output, maka gunakan musik yang lebih aktif dengan tempo 100-149 bit per menit. Jenis-jenis musik lain yang cocok untuk membantu proses pembelajaran, yakni : pertama musik klasik, berfungsi untuk merangsang kompleksitas bagian otak, juga mampu untuk menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri. Menurut Adi W. Gunawan mengapa musik klasik, karena dengan musik klasik orang yang awam d dunia musik justru akan mendapat kemudahan untuk menikmatinya. Kedua Nature Sound Music, yang merupakan bentuk integratif antara musik klasik yang dipadu dengan suara alam, misal musik barok dipadu dengan suara gemericik air atau tiupan angin yang lembut, dan ketiga yakni ayat suci, maksudnya pembacaan ayat suci (Islam : Al Qur’an) secara musikal akan dapat memberikan ketenangan bagi pendengar, sehingga dapat mewujudkan suasana rileks agar mampu berkonsentrasi untuk menerima materi pembelajaran.
Pertama, musik akan membuat peserta diklat dalam kondisi rileks dan mengurangi stress yang akan menghambat proses pembelajaran, sehingga musik akan menjadi pembangkit motivasi kita dalam belajar.
Ketiga, membantu kreativitas dengan membawa otak pada gelombang tertentu, yakni gelombang alfa yang sangat ideal untuk mengikuti proses pembelajaran.
Kelima, sangat efektif untuk proses pembelajaran yang melibatkan pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar, menyeimbangkan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang fasilitator manakala akan memanfaatkan musik dalam proses pembelajaran : pertama, terlebih dahulu harus mengidentifikasi perkembangan suasana pembelajaran pada saat awal pembelajaran dan sekaligus minat dari peserta diklat. Kedua, fasilitator harus dapat memilah-milah jenis-jenis musik instrumental yang cocok untuk membantu proses pembelajaran mulai awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran sesuai dengan pembagian sesi maupun dinamika suasana selama pembelajaran. Beberapa pakar memang merekomendasikan musik barok atau klasik. Permasalahannya seringkali sulit untuk menemukan jenis-jenis musik dimaksud di pasaran umum dan disamping perlu diamati juga sampai sejauh mana selera dan respons peserta diklat untuk belajar sambil mendengarkan jenis musik barok atau klasik tersebut. Barangkali akan menjadi sebuah tantangan baru bagi para fasilitator untuk dapat menggali dan memilih jenis-jenis musik Indonesia maupun daerah yang tepat untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Pada akhirnya komitmen dan kepiawaian fasilitator akan sangat menentukan.
DePorter, Bobbi dan Hernacky, Mike (2004), Quantum Learning :Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, PT. Mizan Pustaka, Bandung
Gunawan, W, Adi (2007), Born to be a Genius, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Rose, Colin and Nicholl,J, Malcolm (1997), Accelerated Learning For The 21st
https://tataitusinta.blogspot.com
https://kuliah-e-learning.blogspot.com
https://ayomengjarindonesia.blogspot.com
13 02 2015 10:46:14