Sekda Pimpin Upacara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional

Kabupaten Banyumas

 

Sekda Pimpin Upacara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional

 

BANYUMAS : Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Banyumas Ir Wahyu Budi Saptono, M.Si memimpin upacara peringatan hari Bahasa Ibu Internasional, Senin 29 Februari 2016 di Halaman Pendopo Sipanji Purwokerto.

Peserta upacara terdiri dari Perwakilan SKPD, Polisi Pamong Praja,  Organisasi Wanita dan pelajar.

Sekda yang membacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah mengatakan “UNESCO netepaken dinten mirunggan (Hari Bahasa Ibu Internasional) menika kanti dasar kawontenan bahasa ibu ingkang dipun ginaaken dening bangsa-bangsa ing donya ingkang cacahipun kirang langkung 6000. Ananging saben tahunipun wonten ingkang ical kirang langkung pitu nganti sedoso bahasa ibu. Bahasa Jawi kalebet ing tataran angka sewelas ingkang panuturipun kirang langkung 70 juta” terangnya.

Perjuangan untuk melestarikan penggunaan bahasa ibu tidak pernah berhenti bergulir di tanah air, termasuk di Jawa Tengah. Beberapa payung hukum disusun untuk mendukung perlindungan bahasa daerah. Di antaranya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa, dan Peraturan Gubernur Nomor 57 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra, lan Aksara Jawa.

Sekda melanjutkan bahwa Gubernur mengungkapkan rasa syukurnya ketika masyarakat Jawa Tengah masih ada yang menggunakan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari mereka. Seperti upacara adat, pernikahan, hingga pagelaran seni wayang dan ketoprak. Bahkan, dialeg dari berbagai daerah di Jawa Tengah merepresentasikan keragaman budaya sekaligus kebhinnekaan provinsi setempat.

“Masyarakat Jawi Tengah taksih ginaaken Bahasa Jawi wonten upacara adat, seni macapat, pahargyan panganten, pagelaran wayang kulit, wayang wong, nganti ketoprak. Ing tlatah Jawi Tengah, wonten dialeg Tegal, Banyumasan, Pekalongan, Kedu, Surakarta, Semarang, Jepara, Rembang, Demak, Kudus, lan Blora ingkang dados titian minangka jati diri Jawi Tengah ingkang bhinneka. Manika warni dialeg menika wekdal samangke taksih gesang lan dipunginaaken wonten ing brabayan,” ujarnya.

Penggunaan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, tambahnya, dapat menjadi filter terhadap budaya asing yang kurang sesuai dengan jati diri bangsa. Pasalnya, era globalisasi memberikan peluang besar adanya asimilasi dengan budaya manca negara.

“Gempuranipun globalisasi ngusung boso, seni, lan budaya manca ingkang benten kaliyan kawontenan ing mriki. Perlu sarana ingkang saged nyaring perangan seni budaya ingkang awon lan tepi saking jati diri masyarakat Jawi. Supados mboten risak akhlak lan budaya,” tegasnya.

Wahyu menambahkan upacara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Banyumas yang diselenggarakan pada hari ini Senin (29/2) pun menjadi salah satu komitmen untuk menggiatkan komunikasi menggunakan Bahasa Banyumasan setiap hari Kamis di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas. Hal ini merujuk pada arahan bupati tentang program Kamis berpakaian Banyumasan dan berbahasa Banyumasan.

 


Senin, 29 Pebruari 2016