Festival Rewandha Bojana, Minggu 23 April di Cikakak

Kabupaten Banyumas

 

Festival Rewandha Bojana, Minggu 23 April di Cikakak

 

PURWOKERTO – Festival Rewandha Bojana yang digelar Minggu, 23 April 2017 mulai jam 8 pagi mendatang, dilakukan di lapangan kompleks Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas. Untuk mensukseskan kegiatan tersebut, perlengkapan acara seperti gapura, baliho promosi, hingga tempat penyelenggaraan sudah dipersiapkan sejak sepekan ini.

 

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Saptono, mengatakan bahwa penyelenggaraan festival tersebut siap digelar.

 

“Kelompok kesenian yang akan menghibur pengunjung pada pembukaan festival juga sudah siap. Tinggal memasang beberapa ornamen seperti penjor dari janur kuning. Itu nanti dipasang besok, sehari sebelum pelaksanaan, agar tidak rusak,” katanya.

 

Saptono menambahkan, tumpeng ageng dan tumpeng igir buah dipersiapkan oleh masyarakat dari 12 desa. Mereka akan mengarak gunungan buah tersebut menuju Taman Kera Masjid Saka Tunggal sebagai sajian makanan kera ekor panjang.

 

Festival Rewandha Bojana yang digelar di kompleks Masjid Saka Tunggal, Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Minggu (23/4) tahun ini menjadi satu rangkaian tradisi budaya Jaro Rojab. Tradisi masyarakat adat berupa pergantian pagar sekitar kompleks masjid itu dilangsungkan Senin (24/4).

 

“Untuk pergantian pagar atau Jaro Rojab dilakukan satu tahun sekali, yaitu pada tanggal 26 Rajab. Ritual ini diikuti oleh seluruh warga Desa Cikakak dan sekitarnya,” tambahnya

 

Saptono mengimbau kepada komunitas dan pehobi fotografi agar tidak mengoperasikan “drone” untuk mengambil gambar saat prosesi memberi makan kera. Menurutnya alat tersebut membuat kera enggan mendekat karena takut.

 

Camat Wangon Wisnu Budi Santoso berharap, event ini dapat mengangkat potensi di wilayah Banyumas bagian barat. Karena itu, festival tersebut harus mendapat dukungan berbagai elemen masyarakat.

 

”Rewanda Bojana merupakan acara tradisi dan unik, sehingga harus dikenalkan kepada seluruh masyarakat dan wisatawan secara luas, karena tidak semua daerah punya acara memberi makan kera,” katanya.

 

 


Jumat, 21 April 2017