Remaja Harus Menjadi Generasi Berencana
Remaja Harus Menjadi Generasi Berencana
BANYUMAS : Remaja adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan sprititual, intelektual serta emosional yang kuat menjadikan bangsa tersebut kelak akan kuat pula. Perkembangan dunia yang kian menglobal, menjadikan perubahan-perubahan besar terhadap perilaku remaja, namun perubahan tersebut lebih cenderung mengarah pada kegiatan negatif dibanding positifnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Muhammad Hanafi Anggota DPR RI Komisi IX saat menjadi narasumber pada kegiatan Sosialisasl Program Pembangunan Keluarga Bersama Mitra Kerja Tahun 2019 Rabu (27/3) di Aula SMA Negeri Sokaraja yang digelar oleh BKKBN Perwakilan Jawa Tengah. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 250 remaja dan beberapa pembina Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R).
“Tiga puluh tahun yang lalu, bangsa sekitar kita pada sekolah di Indonesia, tenaga ahli Indonesia dibutuhkan di beberapa negara seperti Malaysia, Thailand dan sebagainya, bahkan remaja mereka banyak yang sekolah di Indonesia. Saat ini kita berbanding terbalik,” kata Hanafi
Untuk itu ia mengajak remaja Indonesia harus sadar dan bangkit, bahwa negara lain terus mengejar ketertinggalan, sementara kita hanya berjalan ditempat, bahkan banyak generasi muda yang salah dalam pergaulan.
“Untuk itu saya mengajak kalian harus menjadi generasi berencana, kalian harus belajar memahami dan mempraktikkan perilaku hidup sehat dan berakhlak untuk mencapai ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan generasi emas,” lanjut Hanafi
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas Taefur Arofat mengatakan remaja adalah calon pemimpin masa depan apabila dipersiapkan. Namun apabila tidak mereka akan menjadi penonton di negaranya sendiri. Remaja Indonesia mulai saat ini harus menjadi generasi berencana. Mulai dari pendidikan yang terencana, berkarir dalam pekerjaan yang terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga. Untuk itu Taefur meminta semua lulusan SMA Negeri Sokaraja harus melanjutkan kuliah karena di Purwokerto gudangnya sekolah tinggi. Salah satu cara adalah menunda usia perkawinan minimal 21 tahun untuk perempuan dan minimal 25 tahun untuk laki-laki. Ini bertujuan agar mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana.
“Untuk menjadi generasi berencana harus mempunyai 6 ketrampilan yaitu ketrampilan fisik, mental, spritual, emosional, kejuruan dan ketrampilan menghadapi tantangan,” kata Taefur
Taefur menambahkan masalah remaja yang timbul biasanya berkaitan dengan masalah seksualitas (Hamil di luar nikah, aborsi), AIDS, penyalahgunaan Napza dan sebagainya. Remaja dalam kondisi ini tentu saja membutuhkan penanganan serta informasi seluas-luasnya mengenai kesehatan reproduksi, pentingnya menata masa depan dengan baik lewat meninggalkan perilaku yang tidak bermanfaat dan merusak masa depan remaja itu sendiri.
“Menjalani kehidupan remaja yang jauh dari perilaku sex bebas, pernikahan dini dan ketergantungan pada obat-obatan terlarang serta menjauhkan diri dari bahaya AIDS tentulah membutuhkan perhatian kita semua. Untuk itu saya meminta kepada kepala sekolah, para guru, orang tua dan masyarakat lingkungan untuk bersama sama melakukan pendampingan,” jelasnya
Kepala Sekolah SMA Negeri Sokaraja Edi Prasetyo menyambut baik adanya sosialisasi dan pembentukan PIK R disekolahnya. Menurutnya di era sekarang perlu dan penting adanya PIK R, karena permasalahan mereka semakin komplek baik permasalahan pribadi, keluarga maupun yang akan akan melakukan konseling diantara para remaja dan dicari jalan keluar.
Terkait dengan sosialisasi pembangunan keluarga, sudah sewajarnya remaja bisa merencanakan hidupnya dimasa depan dengan perencanaan itu mereka akan dapat membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Kamis, 28 Maret 2019