“Jajah Desa Milangkori” Film Karya Anak Muda Untuk Promosikan Potensi Desa Sokawera

Kabupaten Banyumas

“Jajah Desa Milangkori” Film Karya Anak Muda Untuk Promosikan Potensi Desa Sokawera

 

Banyak cara mengenalkan potensi desa agar makin dikenal masyarakat luas. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Sokawera Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas mempromosikannya melalui sebuah karya film.

Film dengan judul “Jajah Desa Milangkori” ini  mengisahkan seorang dua pemuda yang diberi tugas oleh gurunya untuk mencari ilmu di kehidupan nyata. Dua pemuda yang merupakan santri ini juga diminta agar menularkan ilmu kepada masyarakat yang mereka temui.

Kepala Desa Sokawera, Mukhayat mengatakan, ide pembuatan film tersebut  bermula dari upaya mengangkat potensi Desa Sokawera dan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kreativitas anak-anak muda. Idenya sendiri dari masyarakat yang salurkan  ke pemuda desa kemudian dituangkan melalui pembuatan film.

“Ide awal kami membuat film ini yaitu bagaimana agar potensi Desa Sokawera bisa dikenal oleh masyarakat luas. Kami melihat banyak anak-anak muda  disini yang berbakat membuat konten video, maka kami ajak kerjasama untuk merancang konsep pembuatan film yang sesuai dengan kondisi desa,” kata Mukhayat, di sela pemutaran perdana film “Jajah Desa Milangkori” di aula balai desa setempat akhir pekan lalu.

Ia berharap film tersebut menjadi sarana promosi Desa Sokawera untuk mengenalkan potensi yang ada seperti Bukit Kasturi, Baron Adventure Forest (Wana Pramuka), situs bersejarah Tabet Banyumudal, kesenian, serta sejumlah produk umkm.

Mukhayat menuturkan pembuatan film tersebut tidak didanai oleh pemerintah desa, semua proses produksi dilakukan sukarela oleh para warga setempat. Ia memiliki rencana kedepan  akan memproduksi film profil desa yang lebih lengkap melalui anggaran desa.

“Jika aturan diperbolehkan, kami berencana membuat film menggunakan anggaran desa. Komitmen kami ingin terus mendorong anak-anak muda disini untuk terus berkarya mengangkat semua potensi yang ada,” tuturnya.

Sementara itu produser film, Sulistya mengatakan, semua pemeran yang terlibat dalam film ini adalah warga asli Desa Sokawera, mulai dari masyarakat umum, perangkat desa sampai karakter yang diperankan langsung oleh Bintara Pembina Desa  (Babinsa) dan  Bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas).

“Pemilihan para pemeran disini tidak melalui seleksi atau casting, kami bareng-bareng berkomunikasi menentukan siapa saja yang pantas untuk memerankannya. Sebisa mungkin kami memilih peran orisinil seperti tokoh kepala desa, Babinsa dan Bhabinkantibmas,” kata Sulis didampingi Ali Imron selaku promotor film ini.

Sang sutradara Bayu Cahyo Arbianto mengungkapkan, film tersebut bercerita tentang dua orang pemuda yang tengah menjelajah desa untuk mencari ilmu dan pengalaman hidup baik dari segi sosial maupun budaya. Desa yang mereka datangi adalah  Desa Sokawera yang terletak dikaki gunung Slamet Banyumas. Banyaknya konflik yang mereka hadapi disana, mengajarkan mereka banyak hal soal kehidupan terutama dari segi sosial maupun budaya.

Film ini dikemas dengan sajian cerita menarik  yang mengangkat unsur kearifan lokal desa. Pesan moral yang disampaikan pada film ini sendiri adalah mengajarkan pentingnya sikap tolong menolong, gotong royong, dan saling menghargai.

“Proses pembuatan film ini memakan waktu kurang lebih satu setengah bulan. Semua yang terlibat dalam produksi film ini  adalah warga asli desa Sokawera mulai dari pembuatan naskah yang diambil dari ide-ide anak-anak muda yang terlibat, tokoh pemain film, hingga kru-kru produksi film,” ujar Bayu.

Rencananya film ini nantinya akan diikutkan dalam lomba film tingkat nasional yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

.


Kamis, 03 September 2020