Tinjauan Kasus Penerapan Metode Simulasi Sebagai Kurikulum Dalam Diklat Teknis Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan ( PATEN )

Kabupaten Banyumas

Oleh : Drs. Joeliono Widyaiswara pada Kantor Diklat Kabupaten Banyumas

Abstrak

Keberhasilan PATEN sebagai system pelayanan yang relatif baru  di tingkat kecamatan sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain komitmen pimpinan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten. Teknik simulasi diperlukan padasaat menghadapi situasi yang penuh dengan pihak-pihak yangberperan dan masing-masing dengan policy-policy sendiri dan banyak  sekali kemungkinan peristiwa-peristiwa luar (eksternal) yang berpengaruh

Kata Kunci  :  Simulasi, PATEN

Menyadari hal itu Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan ( selanjutnya dalam penulisan artikel ini disingkat PATEN), yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 238 – 270 tentang Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

Dalam rangka pelaksanaan PATEN di masing-masing Kecamatan, maka perlu dilakukan upaya peningkatan kompetensi SDM Aparatur melalui Diklat Teknis PATEN yang diselenggarakan oleh lembaga diklat di Kabupaten.

Charles Malin Kayo (charlesmalinkayo,blogspot.com) berpendapat bahwa simulasi berasal dari kata simulate, artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai suatu metode mengajar simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip-prinsip atau ketrampilan tertentu.

Perbedaan  simulasi  dengan  metode pembelajaran lain, antara lain  :

kedua metode ini menuntut lebih banyak aktivitas peserta diklat, ketiga dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual, dan keempat bahwa  pembelajaran  diangkat  dari  kehidupan  sosial,  nilai-2 sosial maupun masalah-masalah sosial.

Beberapa karakteristik metode simulasi dalam proses pembelajaran di lembaga diklat, antara lain : pertama, simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi pada keaktifan peserta diklat dalam pembelajaran di klas, baik fasilitator maupun peserta diklat mengambil peran didalamnya,           kedua, simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih peserta diklat melakukan pendekatan interdisiplin didalam pembelajaran, disamping juga dapat mempraktekkan ketrampilan sosial yang relevan dengan kehidupan masyarakat, dan ketiga, simulasi adalah model pembelajaran yang bersifat dinamis, dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi situasi yang berubah yang membutuhkan keluwesan dalam berfikir dan  sekaligus  memberikan  jawaban  terhadap  keadaan  yang cepat berubah.

Keberhasilan PATEN sebagai system pelayanan yang relatif baru di tingkat kecamatan sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain komitmen pimpinan baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten, sikap ”legawa” dari setiap SKPD terkait untuk menyerahkan sebagian bidang kewenangannya khususnya di bidang pengelolaan perizinan maupun tuntutan publik yang semakin beragam sebagai pengguna layanan dan sudah barang tentu para stakeholders lainnya juga ikut berperanan dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan PATEN.  Tepat sekali sebagaimana dikatakan oleh Prajudi Atmosudirdjo (1976), bahwa teknik simulasi diperlukan pada saat menghadapi situasi yang penuh dengan pihak-pihak yang berperan dan masing-masing dengan policy-policy sendiri dan banyak sekali kemungkinan peristiwa-peristiwa luar (eksternal) yang berpengaruh. Penggunaan metode simulasi, khususnya dalam proses pembelajaran di lembaga diklat ditujukan antara lain untuk  melatih ketrampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, memperoleh pemahaman suatu konsep atau prinsip, melatih peserta dalam memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar, memberikan motivasi belajar kepada peserta diklat,  melatih peserta melakukan kerjasama dalam suatu kelompok, menumbuhkan daya kreatif peserta, melatih peserta diklat untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain.        

Agar pelaksanaan metode simulasi dapat efektif atau mencapai tujuan yang ditentukan harus memperhatikan beberapa prinsip sebagaimana diungkapkan oleh Charles Malin Kayo (charlesmalinkayo,blogspot.com), meliputi : pertama, simulasi dilakukan oleh kelompok peserta dan setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melaksanakan simulasi yang sama maupun berbeda, kedua semua peserta harus dilibatkan sesuai peranannya, ketiga penentuan topik dapat dibicarkan bersama, keempat petunjuk simulasi terlebih dahulu disiapkan secara terperinci atau garis besarnya tergantung pada bentuk dan tujuan simulasi, kelima dalam kegiatan simulasi hendaknya mencakup semua ranah pembelajaran, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik, keenam simulasi adalah latihan ketrampilan agar dapat menghadapi dinamika perubahan di lapangan dengan baik, ketujuh simulasi harus menggambarkan situasi yang lengkap dan proses secara berurutan yang diperkirakan dapat terjadi dalam situasi yang sesungguhnya, kedelapan hendaknya dapat dusahakan terintegrasinya beberapa ilmu, terjadinya proses sebab-akibat, pemecahan masalah dsb. nya.

Pada dasarnya simulasi dapat dilakukan secara kelompok dan diusahakan agar setiap kelompok harus melakukan simulasi yang berbeda, tetapi secara prinsip harus menghasilkan domein afektif (menyenangkan, menggairahkan, suka, sedih, terharu, simpati, solidaritas dsb. nya), psikomotor (ketrampilan berbicara, bertanya, berdebat, mengemukakan pendapat, memimpin, mengorganisir dsb. nya), dan kognitif (memahami konsep-konsep tertentu, pengertian, teori dsb. nya). Metode simulasi harus menggambarkan situasi lengkap dan proses atau tahap dalam situasi tersebut.

1.   Tahap Awal

  • Memberikan  penjelasan tentang  teori dan  teknis pelaksanaan simulasi oleh  Fasilitator,  baik  pada  saat  pembelajarn  di klas  maupun dengan menerbitkan buku petunjuk teknis simulasi PATEN.
  • Penentuan   topik    simulasi    oleh    Fasilitator    meliputi    mekanisme pelayanan  pada PATEN  dengan  mengambil  lokus  di dua  kecamatandalam wilayah Kabupaten Bandung.
  • Memberikan     gambaran      masalah     dalam     situasi    yang     akan disimulasikan. Artinya masing-masing kelompok dalam pelaksanaan  simulasi agar dapat menampilkan permasalah-permasalahan yang seringkali muncul yang bersumber dari keluhan masyarakat dan upaya mengatasinya, meliputi : mechanical complaint, attitudinal complaint, service-related complaint dan unusual complaint.
  • Membentuk   kelompok   simulasi   dengan   mengacu   pada  pembagiankelompok observasi lapangan (OL) yang telah dibentuk.
  • Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, dan peranan  yang harus dimainkan oleh masing-masing pemeran serta waktu yang disediakan untuk masing-masing kelompok dan persiapan peralatan simulasi.
  • Melaksanakan Gladi simulasi oleh masing-masing kelompok.
  • Pelaksanaan simulasi PATEN dilakukan oleh masing-masing kelompok secara bergiliran/bergantian dengan alokasi waktu 45 menit.
  • Pada saat setiap kelompok selesai melakukan simulasi, maka kepada peserta kelompok lain diberi waktu 15 menit untuk mengkritisi, menanggapi, menanyakan dan memberi masukan dan saran. Untuk sesi ini kepada kelompok yang tampil diberi kesempatan untuk memberi tanggapan balik selama 15 menit.
  • Setelah semua kelompok tampil melaksanakan simulasi, maka fasilitator menyimpulkan dengan disertai memberikan saran dan masukan atas hasil simulasi yang dilakukan oleh masing-masing kelompok.

 

Tetapi dibalik segala kekurangan dari metode simulasi dapat diperoleh beberapa keunggulan, antara lain : peserta dapat melakukan   interaksi  sosial  dan   komunikasi   dalam kelompoknya, aktivitas peserta cukup tinggi dalam pembelajaran, sehingga memicu keterlibatan langsung dalam pembelajaran, dapat membiasakan peserta untuk memahami permasalahan sosial (merupakan implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual). Belajar kontekstual dalam hal ini dimaksudkan bahwa belajar yang baik harus sesuai dengan konteks, antara lain dilakukan dengan praktek atau mengerjakan pekerjaan itu sendiri sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, menciptakan kegairahan peserta untuk belajar, membangkitkan kreativitas peserta, dan mengurangi hal-hal yang bersifat abstrak dengan menampilkan kegiatan nyata.

Menjadi tantangan bagi para fasilitator pada penyelenggaraan diklat di masa mendatang untuk menerapkan metode simulasi sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif.

 
DAFTAR PUSTAKA

 Prajudi Atmosudirdjo, Prof, Dr, Mr (1976),   Beberapa      Pandangan     Umum

Tentang Pengambilan Keputusan,  Jakarta

(https://pakhartono.wordpress.com)

(https://ellyns.wordpress.com)

(https://www.alcentre.com/what is php)

(https://charlesmalinkayo,blogspot.com)


13 02 2015 10:43:28