Pipa Paralon Bekas Disulap Jadi Lampu Hias

Kabupaten Banyumas

Pipa Paralon Bekas Disulap Jadi Lampu Hias

 

Bagi sebagian orang limbah pipa paralon (PVC) hanyalah sekedar barang bekas, nyatanya ditangan seorang perajin bernama Samsul Ma’arif warga Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas ini  menyulap barang bekas tersebut menjadi karya seni dengan nilai ekonomis.

Ketertarikannya terhadap karya seni dengan memanfaatkan barang bekas, Pria 39 tahun itu  sudah menggeluti bisnis seninya hampir 3 tahun. Mulai dari bisnis lukisan siluet dari kayu bekas yang ia tekuni sejak tahun 2018.

“Awalnya dari hobi menggambar logo-logo metal, kemudian banyak teman-teman yang menyarankan untuk coba di media kayu dan ternyata menurut mereka hasilnya luar biasa bagus. Dari situ saya mulai coba buka usaha lukisan siluet,” kata Samsul, Jumat (18/9/2020).

Tak hanya itu, ia juga mengembangkan bisnisnya dengan berinovasi menciptakan lampu hias dari pipa PVC bekas. Menyadari limbah pipa di rumahnya tidak terpakai ini menjadi awal munculnya ide untuk memanfaatkannya menjadi barang berguna.

Pembuatanya sendiri diawali dengan membersihkan pipa PVC terlebih dahulu dan diukur sesuai keinginan setelahnya diamplas agar lebih mudah nantinya ketika proses menggambar. Selanjutnya mengukir pipa dengan bor listrik  sesuai pola gambar. Tangan samsul yang sudah lihai dan terampil ini menghasilkan ukiran artistik yang indah.

“Kalo gambarnya sendiri bisa menyesuaikan keinginan pembeli, biasanya itu motif bunga, kaligrafi, tokoh pewayangan, sampai tokoh superhero seperti spiderman yang digemari anak-anak,” ucapnya di sela kegiatannya.

Agar terlihat semakin menarik pipa yang sudah diukir tersebut dipulas dengan cat semprot, barulah setelah kering diisi dengan fiber putih blur dan pada tahap terakhir dipasang lampu dibagian dalamnya.

Ketika lampu dinyalakan perpaduan warna, cahaya lampu dan tampilan ukiran yang indah ini tak akan ada yang menyangka lampu hias tersebut berbahan dasar limbah pipa PVC.

Harga lampu hiasnya di bandrol dengan harga mulai dari 90-120 ribu tergantung dari tingkat kesulitan gambar ukiran. Pemasarannya sendiri bisa datang langsung ketempat atau melalui media online.

Dirinya mengungkap lampu hiasnya sudah sampai keluar kota, paling jauh dari Kalimantan, Bekasi, dan Wonosobo.

“Dalam sebulan biasanya ada sekitar 10-15 produk yang terjual, pesanan tidak menentu soalnya kan mengikuti permintaan pasar,” ungkapnya.

Sementara itu Kepala Desa Sokawera, Mukhayat mengatakan, usaha lampu hias milik Samsul ini tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Ngudi Mulyo, Desa Sokawera. Kelompok ini tidak hanya menghasilkan produk lokal berupa lampu hias melainkan juga ada kerajinan yang lain seperti  furniture, kerajinan bambu, bahkan sampai kursi dan meja.

Ia berharap melalui tangan kreatif pemuda desa seperti Samsul dapat menjadi motivasi masyarakat untuk mendukung dan mengembangan produk lokal yang ada. Bahkan sekalipun dari barang bekas ataupun sampah bisa diolah kembali menjadi karya seni yang memiliki nilai jual.

“Kami terus mendorong warga sini untuk berwirausaha sesuai bakat masing-masing. Apalagi di pandemi perlu kretaivitas agar roda perekonomian tetap berjalan dengan baik,” ujar Mukhayat.


Senin, 21 September 2020